JUDUL
LAKON
“SI JAMPANG PENGEN JADI
GUNERNUR”
TEATER
SMPN 267 JAKARTA SELATAN
Sekretariat
:
Jl.
Swadarma Raya Gg. H. Ridhi RT 005/03 Ulujami, Pesanggrahan. Jakarta Selatan
Telp.
081382318573, Kode Pos. 12250 Email. poskobudayaswadarma@yahoo.co.id
PENGANTAR
Dalam
seni pertunjukan rakyat, topeng atau kedok adalah alat penutup seluruh atau
sebagian muka untuk merubah penampilan pelaku, agar dapat dianggap sesuai
dengan yang diperankan. Seni pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi
(Jabodetabek) sudah biasa diselenggarakan pada masa sebelum agama Islam
tersebar.
Hal itu terbukti dari informasi yang
terdapat dalam naskah Sanghiyang Kanda(ng)
Karesian Bertitimangsa 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah tersebut
ditemukan di Kebantenan, sekarang termasuk Kelurahan Jatiasih, Bekasi, Jawa
Barat. Data tertulis kemudian adalah karya Hardouin dan Ritter yang terbit pada
tahun 1854 di Leiden, Belanda. Sebagaimana dikemukakan dalam buku tersebut,
tidak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat dalam pertunjukan topeng di
wilayah budaya Betawi (Jabodetabek) dewasa ini.
Sebagaimana Topeng Blantek, teater
tradisional Betawi ini merupakan asset dasar budaya nasional. Oleh karena itu
kita tidak dapat berpaling dari kenyataan peradaban dunia bahwa bangsa yang
maju adalah bangsa yang memiliki budaya tinggi. Topeng (pertunjukan) Blantek
(bebunyian rebana biang, rebana kotek) ini berkembang dan disebar luaskan oleh
para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku
mereka suka bercerita diantara sundung (tempat barang) dan obor (alat
penerangan).
Topeng Blantek tumbuh di wilayah
pinggiran dan banyak kaitannya dengan seni pertunjukan tradisional Betawi
lainnya, seperti Topeng Betawi dan Lenong. Dilihat dari segi materi dan
pemanfaatan seluruh waktu pertunjukan Topeng Blantek yang paling menonjol
adalah dramanya dengan fokus dialog dan laku. Jika dari segi setting dihiasi
dengan sundung dan obor dan diiringi tetabuhan music rebana biang dan kotek.
Oleh karena itu Topeng Blantek ini
dipergunakan sebagai sarana penerangan yang cukup banyak disenangi masyarakat,
sebab selain unsur hiburan yanga dimainkan juga ada dialog yang terjadi dengan
penonton dan pemain yang biasanya disampaikan oleh bodor (pelawak). Sehingga
mudah disisipi dengan pesan-pesan dakwah, pendidikan, dan penerangan.
Pada masa lalu Topeng Blantek banyak
membawakan lakon tradisi masyarakat pinggiran, tapi setelah tahun 1970 an lakon
itu dilengkapi serta disisipi dengan pesan penerangan dan ternyata sangat
bermanfaat. Pada saat pemerintah sedang menggalakkan program BIMAS/INMAS,
Keluarga Berencana, 8 (delapan) Tertib Hukum, dan tema-tema pembangunan
lainnya, Topeng Blantek banyak berperan.
PENDAHULUAN
Sehubungan
dengan informasi dan data ada, maka dapat disimpulkan bahwa Topeng Blantek
adalah Sandiwara Rakyat Tradisional yang menampilkan cerita-cerita dan musik
tradisional Betawi. Berbeda dengan saat sekarang, ketika Jakarta masih
sepi dikala hiburan lain belum ada, radio masih merupakan barang langka, sangat
banyak jenis kesenian Betawi yang tumbuh serta berkembang, diantaranya (Cador,
Gambang Kromong, Gambang Rancag, Jipeng, Jinong, Keroncong, Keroncong Tugu,
Lenong, Topeng Betawi, Topeng Blantek, Pencak Silat, Gamelan Ajeng,
Tari-Tarian, serta Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek).
Namun setelah
banyaknya seni pertunjukan asing masuk, maka seni-seni diatas makin menghilang.
Dan mulai tahun 70-an, diantara seni-seni diatas ditayangkan pada TVRI,
mulailah dikenal kembali oleh masyarakat Betawi, serta menjadi akrab kembali.
Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka di
halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan
lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan
bentuk yang demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama
pertunjukan berlangsung. Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan
para penonton secara spontan dalam beberapa saat.
Pada
dasarnya Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama. Perbedaannya
terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan
Topeng berbau gaya Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan
Topeng Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana
(Biang, Ketok, Kotek).
Topeng Blantek
berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil
menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung
dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani
dan berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung
pada malam harinya. Pada dasarnya para seniman-seniwati memiliki kedudukan yang
lebih rendah dari masyarakat umumnya. Akan tetapi masih untuk pada masa lalu
kesenian tersebut masih banyak dibutuhkan orang. Jadi kehidupan mereka masih
dapat didambakan oleh para keluarganya.
Musik Topeng
Blantek meliputi beberapa aspek diantaranya (tangga nada, instrument-instrumen,
lagu-lagu). Tangga nada yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek
kebanyakan tangga nada diantonis, antara lain lagu sirih kuning, surilang dan
ada lagu yang bertangga nada pelog atau slendro antara lain lagu kang haji,
lagu kangsreng dan adapula yang bertangga nada debusi misalnya jali-jali dan
kicir-kicir. Instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng
Blantek antara lain 3 (tiga) Buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek) dan adapula yang
mempergunakan Rebab, Kendang, Kenong, Kecrek, Bende dan Gong.
PERTUNJUKAN TOPENG BLANTEK
Topeng blantek
memiliki unsur-unsur dalam pertunjukannya, unsur-unsur tersebut terdapat
pakem-pakem pertunjukan topeng blantek yang selama ini digunakan oleh seniman
topeng blantek.
Unsur-unsur pertunjukan topeng blantek
antara lain :
I. Cerita, Cerita topeng blantek pada
umumnya merupakan cerita-cerita legenda masyarakat betawi, tapi saat ini tidak
hanya cerita-cerita legenda saja yang dimainkan dan ceritanya bisa mengenai apa
saja yang penting terdapat unsur hiburan, penerangan, pendidikan dan dakwah.
Unsur-unsur cerita topeng blantek antara
lain :
a. Cerita dari pertunjukan topeng
blantek tidak memiliki naskah yang tertulis. Seiring perkembangan jaman, kini
cerita pertunjukan topeng blantek menggunakan naskah tertulis yang berisi
plot-plot adegan alur cerita sebagai patokan para panjak (pemain).
b. Cerita yang dilakonkan adalah cerita
legenda masyarakat betawi. Legenda Si Pitung, Si Jampang, Si Jantuk, dll.
c. Cerita yang dilakonkan bisa cerita
apa saja yang penting ada tokoh jantuk sebagai narator/dalang.
Bahkan, cerita teater modern pun sudah
sangat sering dilakonkan dengan adaptasi kedalam bentuk cerita masyarakat
betawi.
II. Kostum, Kostum yang digunakan adalah
pakaian sehari-hari masyarakat betawi dan tentunya disesuaikan dengan tokoh
yang dilakonkan para panjak (pemain).
III. Musik, Iringan musik dalam
pertunjukan topeng blantek berbeda dengan teater rakyat betawi lainnya. Pada
awalnya, ia hanya seperangkat alat musik sederhana dan apa adanya seperti
kaleng, panci, kayu, batu. Namun, seiring perkembangan jaman kini alat musik
yang digunakan merupakan music campuran dari masyarakat betawi yang heterogen.
Biasanya ada yang menggunakan alat musik gambang kromong, gamelan topeng,
rebana biang, organ, gitar, biola dan alat music perkusi lainnya. Musik topeng
blantek merupakan musik campuran sesuai kebutuhan dan keadaan. Hal ini tentunya
sangat berbeda dengan teater rakyat betawi lainnya, misalnya lenong. Lenong
mempunyai ciri dan pakem musiknya sendiri yakni gambang kromong dan bila lenong
tidak menggunakan musik gambang kromong, dapat dikatakan itu “lenong-lenongan”.
IV. Topeng, Dalam pertunjukan topeng
blantek, topeng digunakan untuk karakter tokoh jantuk sebagai narrator/dalang
(pembuka-penutup pertunjukan). Ketika pertunjukan dimulai, tokoh jantuk dapat
membuka topengnya dan dapat berlakon sebagai tokoh lainnya dalam pertunjukan.
V. Tata teknik pentas, Tata teknik
pentas dalam pertunjukan topeng blantek merupakan sebagai artistic dan
simbolik.
Tata teknik pentas tersebut antara lain
:
a. Sundung, Sundung terbuat dari bambu,
pada mulanya digunakan oleh pedagang sebagai alat pembawa barang (rumput,
sayuran, kayu bakar) untuk dijual dipasar. Seiring berjalannya waktu, sundung
digunakan sebagai artistic pertunjukan topeng blantek yang berfungsi sebagai
pembatas antara panjak (pemain), nayaga (pemusik) dan penonton.
b. Obor, Obor terbuat dari bambu yang
dulu digunakan sebagai alat penerangan pada setiap pertunjukan topeng blantek
yang digelar semalaman suntuk karena belum tersedianya aliran listrik. Kini,
obor tidak hanya sebagai alat penerangan, tapi difungsikan sebagai artistik
pertunjukan topeng blantek. Selain itu, obor juga berfungsi sebagai
pembatas/pembeda ruang dan waktu para panjak (pemain). Contohnya, bila panjak
(pemain) dalam perjalanan dekat harus memutari obor sebanyak satu kali dan
kalau perjalanannya jauh panjak (pemain) harus memutari obor lebih dari satu
kali.
c. Waktu dan tempat pertunjukan, Pada
mulanya pertunjukan topeng blantek diselenggarakan semalaman suntuk di tempat
terbuka yang berada di tengah pasar. Kini, berangsur-angsur pertunjukan topeng
blantek disesuaikan dengan kondisi yang ada bisa malam, pagi, siang dan sore
hari. Pertunjukan topeng blantek dapat dipentaskan kapan dan dimana saja (di
ruang terbuka/tertutup, arena dan panggung) sesuai kebutuhan pertunjukan.
d. Unsur gerak, Dalam pertunjukan topeng
blantek tidak luput dari unsure gerak seperti pencak silat, tarian dan tokoh jantuk
yang berkarakter interaktif/enerjik.
e. Struktur penyajian pertunjukan topeng
blantek, Dalam pertunjukan topeng blantek terdapat struktur pertunjukan
didalamnya agar pertunjukan tersebut berjalan sesuai dengan pakemnya.
Struktur pertunjukan topeng blantek
adalah sebagai berikut :
1. Mengundang penonton, Mengundang para
penonton dengan cara menampilkan musik, tari, pencak silat.
2. Pembukaan, Pembukaan di awali dengan
tokoh jantuk sebagai narator untuk menceritakan lakon yang akan dimainkan.
3. Isi cerita, Cerita dalam bentuk plot
yang ditambah dengan improvisasi panjak (pemain).
4. Penutup, Penutup diakhiri oleh tokoh
jantuk sebagai pembawa pesan cerita.
LAKON
Judul : Si Jampang Pengen Jadi Gubernur
Durasi : 10 – 45 menit
Sutradara : Abdul Aziz
PEMAIN
Si Jantuk : Abdul Aziz
Jampang : Raden Muhammad
Nuril Anwar Siswa Kelas 7-B
Koh Aliong : Rizkilah VIII E
Rombongan
pesilat : Rizka Nuroctaviani VII H
Alfionita Luthfi A VIII H
Indah Ayu L VII H
Elda Lasyata VII H
Aulia Listiani VII H
Cahaya SA VII H
Aprilia Damayanti VII H
Pembaca pantun : Umi maghfiroh VIII E
Ramya VII H
Wiwin Winarni VIII H
Anastasya Jemima VIII H
SINOPSIS LAKON SI JAMPANG PENGEN JADI GUBERNUR
Cerita
ini bermula dari seorang anak remaja yang cinta kepada tanah kelahirannya,
sehingga dia bercita-cita jadi seorang pejabat (Gubernur) dengan harapan punya
kemampuan untuk merubah kondisi kota kelahirannya menjadi kota yang berbudaya,
bersih, sehat, dan berwibawa.
Namun, ditengah proses menjalankan
serta mewujudkan cita-citanya, anak remaja itu banyak sekali menemui aral yang
melintang dengan berbagai hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan, baik yang
datang dari dalam dirinya (internal) maupun diluar dirinya (eksternal).
Apakah anak remaja tersebut dapat
menyingkirkan atau keluar dan lolos dari berbagai hambatan, tantangan, ancaman,
dan gangguan baik yang datang dari dalam dirinya (internal) maupun diluar
dirinya (eksternal). Sehingga dapat tercapai apa yang di cita-citakan sepanjang
hidupnya?
SELAMAT
MENYAKSIKAN………………………………..
NASKAH LAKON SI JAMPANG PENGEN JADI GUBERNUR
Pengantar –
Jantuk (Jampang pengen jadi Gubernur) – In Jampang
Pukulan sayah emang kecil
Jatoh di gunung, gunung gempur
Jatoh di laut, aer laut kering
Jatoh di warteg, tiga piring masih
pengen nambah
Jampang jalanin
jurus silat Beksi – In Koh Aliong – (kagak setujuh Jampang jadi Gubernur)
Ney…ney…ney… Owe gak setuju Jampang jadi
Gubernur, Jampang itu olang bodoh
Dia Cuma bisa ngaji, sholat, dan maen
silat
Sedangkan jadi Gubernur, harus punya
otak encer, cerdas, dan pinter
Jampang kagak
terima dibilang bodoh
Jampang dulu laen ama Jampang sekarang,
Jampang dulu kagak mempan ditembak
Jampang sekarang kagak mempan difitnah,
kagak mempan dihasut, kagak mempan disogok
Dan kagak mempan disuap, Jampang dulu
cumin bisa ngaji, sholat, dan maen silat
Jampang sekarang kagak cuman ituh,
Jampang sekarang udah pinter
Sekarang ini lagi mao diwisuda jadi
sarjana
In rombongan
pesilat (atraksi silat Beksi)
In rombongan
anak remaja (membaca pantun Betawi)
Ending – Jantuk
– pantun bersama untuk bapak Gubernur
Daon kelapa dibikin janur, pohon bamboo
dibuat tangga
Mari doain bapak Gubernur, supaya bisa
memimpin warga
TAMAT.